DEKOMPOSISI THERMAL KARBONAT
Asam
karbonat merupakan salah satu contoh senyawa yang mengandung karbon. Terdapat
dua jenis garam-garam karbonat yang dapat diperoleh dengan cara netralisasi
larutan asam karbonat yaitu: hidrogen bikarbonat HCO3-
yang diperoleh dari hasil parsial netralisasi dari karbonat CO32-
hasil dari netralisasi yang lengkap.
Dekomposisi termal adalah reaksi kimia dimana
senyawa tunggal memecah menjadi dua atau lebih senyawa sederhana atau elemen
apabila dipanaskan. Ini juga merupakan reaksi endotermik sebagai panas yang
dibutuhkan untuk memecah ikatan kimia suatu senyawa yang menjalani dekomposisi.
Dekomposisi thermal karbonat merupakan proses penguraian
karbonat melalui pemanasan. Besarnya suhu yang
diperlukan untuk memanaskan karbonat agar terbentuk oksida logam dan
karbondioksida, tergantung pada seberapa besar polarisasi dari ion tersebut.
Jika ion mengalami polarisasi yang tinggi, maka hanya sedikit panas yang
diperlukan disbanding jika ion hanya sedikit terpolarisasi. Penguraian karbonat ini akan menghasilkan dua senyawa
sederhana pada saat pemanasan yaitu H2O dan CO2. Metode
yang digunakan pada pendekomposisian natrium karbonat adalah metode gravimetri
dan metode titrimetri.
Metode gravimetri adalah metode analisis kimia secara
kuantitatif berdasarkan pemisahan dan penimbangan suatu unsur atau senyawa
membentuk senyawa murni. Analisis garavimetri adalah proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Besar unsur dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan baret atom atau unsur-unsur penyusunnya. Pemisahan
unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti
metode pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis atau berbagai
maacam metode lainnya. Pada temperatur tertentu, kelarutan zat dalam pelarut
tertentu didefinisikan sebagai jumlahnya bila dilarutkan pada pelarut yang
diketahui beratnya dan zat tersebut mencapai kesetimbangan dengan pelarut itu.
Hal ini tergentung pada ukuran partikel. Larutan lewat jenuh adalah larutan
dengan konsentrasi zat terlerut lebih besar dibandingkan dalam keadaan
kesetimbangan pada suhu tertentu.
Aturan-aturan keadaan optimum untuk pengendapan yaitu:
a.
Pengendapan harus
dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk memperkecil kesalahan.
b.
Pereaksi
dicampurkan perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan yang tetap. Untuk
kesempurnaan reaksi, pereaksi yang ditambahkan harus berlebih.
c.
Pengendapan
dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil pada temperatur
tinggi. Aturan ini tidak selalu benar untuk bermacam endapan organik.
d.
Endapan kristal
biasanya dibentuk dalam waktu yang lama.
e.
Endapan harus
dicuci dengan larutan encer.
Metode titrimetri adalah metode penentuan berdasarkan
volume analit. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi
berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Selain itu jika reagen
penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui dengan suatu
indikator.
Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami
dekomposisi membentuk oksida logam dan karbon dioksida. Pada Golongan 1, lithium karbonat
mengalami proses dekomposisi yang sama – menghasilkan lithium oksida dan karbon
dioksida. Karbonat dari unsur-unsur selain lithium pada
Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih
tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin
ke bawah Golongan.
Hidrogen karbonat Golongan
2 seperti kalsium hidrogenkarbonat sangat tidak stabil terhadap panas
sehingga hanya terdapat sebagai larutan. Setiap upaya untuk mengeluarkannya
dari larutan akan menyebabkan senyawa hidrogenkarbonat tersebut terdekomposisi
membentuk karbonat, karbondioksida dan air. Sebaliknya,
hidrogenkarbonat Golongan 1
cukup stabil dalam wujud padat, walaupun mudah terdekomposisi jika dipanaskan.
Ada dua cara untuk menjelaskan meningkatnya
stabilitas thermal semakin kebawah golongan. Cara yang sulit berkenaan dengan
energetika dari proses; cara sederhana adalah dengan melihat kemampuan
polarisasi dari ion-ion positif.
Kecenderungan dalam hal kemampuan polarisasi ion
positif, sebuah ion positif yang kecil memiliki banyak muatan yang tertata
dalam sebuah ruang yang bervolume kecil, khususnya jika ion tersebut memiliki
lebih dari satu muatan positif. Ion ini memiliki kepadatan muatan yang tinggi
dan memiliki efek distorsi yang lebih besar terhadap setiap ion negative yang
terdapat didekatnya. Ion
positif yang lebih besar memiliki muatan yang sama seperti ion positif yang
kecil, hanya saja muatannya tersebar pada ruang yang bervolume lebih besar.
Kepadatan muatannya lebih rendah, dan menyebabkan efek distorsi yang lebih
kecil terhadap ion-ion negative yang didekatnya.
Dari kedua metode yang digunakan, dapat dilihat kestabilan termal
dari kedua senyawa tersebut. Dimana Na2CO3 lebih stabil
dibanding NaHCO3. Hal ini disebabkan semakin kecil ion positif,
semakin tinggi kepadatan muatan, dan semakin besar efek yang akan ditimbulkan
terhadap ion karbonat. Semakin ke bawah Golongan, ion-ion positif semakin besar
sehingga memiliki efek yang lebih kecil terhadap ion-ion karbonat di dekatnya.
Sebagai konsekuensinya, lebih banyak panas yang diperlukan untuk melepaskan
karbon dioksida dan membentuk oksida logam. Polarisasi hidrogenkarbonat (NaHCO3)
sama persis seperti karbonat. Ion-ion positif yang kecil di bagian atas
Golongan lebih kuat dalam mempolarisasi ion hidrogenkarbonat dibanding ion-ion
positif yang lebih besar di bagian bawah golongan. Dan lagi-lagi,
senyawa-senyawa Golongan 1 memerlukan lebih banyak panas dibanding senyawa
Golongan 2 karena ion-ion Golongan 1 memiliki efek polarisasi yang lebih kecil.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar