Resume
Percobaan
VII
PENENTUAN
pH
Oleh:
Nama : Fadlian
No.
Stambuk : A 251 11 008
Kelompok : II
(Dua)
Asisten : Winarti
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
2012
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan
yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen
(H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.
Konsep pH
pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder
Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui
dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa
rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk power p
(pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman
Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential.
Jens Norby mempublikasikan
sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang
berarti "logaritma
negatif”.
Asam dan basa
adalah sifat larutan yang ditentukan dari nilai pH
atau tingkat keasaman. Menurut Svante Arrhenius, seorang ilmuwan Swedia, suatu
larutan dapat digolongkan dalam larutan asam jika larutan tersebut dapat
melepaskan ion H+ dalam air dalam proses yang disebut
ionisasi. Reaksi yang ditimbulkan oleh larutan asam dalam air ini dapat ditulis
sebagai berikut:
dengan x
adalah jumlah ion H+ yang dilepaskan. Contoh larutan asam adalah
asam klorida (HCl). Asam klorida ini
dapat ditemukan salah satunya di lambung, sebagai asam lambung. Reaksi asam
klorida dalam proses ionisasi dapat ditulis sebagai HCl –> H+ +
Cl-, dengan jumlah ion H+ yang dilepas 1.
Sedangkan
larutan disebut basa jika larutan tersebut melepaskan ion OH- dalam
proses ionisasi. Secara umum reaksi ionisasi larutan basa dapat ditulis sebagai
berikut:
dengan x adalah jumlah ion OH- yang
dilepaskan. Salah satu contoh larutan basa adalah natrium hidroksida atau soda
kaustik. Natrium hidroksida banyak digunakan di bidang industri, contohnya
industri sabun, deterjen, kertas, dan lain-lain. Reaksi ionisasi natrium
hidroksida dapat ditulis sebagai NaOH –> Na+ + OH-,
dengan jumlah ion OH- yang dilepas sejumlah 1.
Larutan yang
memiliki nilai pH di bawah 7 digolongkan dalam larutan asam, sedangkan larutan
yang memiliki nilai pH di atas 7 digolongkan dalam larutan basa. Larutan yang
memiliki nilai pH persis 7 disebut larutan netral. Nilai pH memiliki rentang
1-14. Contoh larutan netral ini adalah air (H2O). Semakin kecil
nilai pH, maka tingkat keasaman semakin kuat, begitu juga semakin besar nilai
pH, maka tingkat kebasaan yang semakin kuat. Oleh karena itu ada istilah asam
kuat dan basa kuat. Asam dengan nilai pH 1 disebut lebih kuat daripada asam
dengan nilai pH 6, demikian basa dengan nilai pH 10 lebih kuat daripada basa
dengan nilai pH 8.
Untuk
mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam atau basa secara umum, biasanya
digunakan indikator asam-basa. Contoh indikator asam-basa paling sederhana
adalah kertas lakmus merah dan biru. Mungkin beberapa dari kita pernah menonton
iklan di televisi mengenai uji efektivitas suatu produk deodoran menggunakan
kertas lakmus/litmus yang ditempelkan di bawah lengan. Nah, kertas lakmus biru
akan berubah warna menjadi merah jika kondisinya asam. Begitu pula kertas
lakmus merah akan berubah warna menjadi biru dalam kondisi basa.
Perbedaan
indikator alami dan sintesis yaitu:
v Indikator
alami merupakan indikator yang berasal dari bahan-bahan alam yang dapat berubah
warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alami yang biasanya
dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok,
berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan. Perubahan warna
indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah
di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa akan
berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah keunguan dan
di dalam larutan basa akan berwarna hijau. Indikator asam-basa yang baik adalah
zat warna yang memberi warna berbeda dalam larutan asam dan larutan basa.
Sedangkan
v Indikator
sintesis/buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium
atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang
terdiri dari lakmus merah dan lakmus biru, indikator universal, fenolptalin,
dan metal jingga.
Cara membuat indikator
alami, contoh membuat inikator alami
dari kunyit dengan metode mengekstrak yaitu :
ü Parut kunyit yang telah dibersihkan.
ü Saring ekstrak kunyit dengan alkohol menggunakan kain ke dalam mangkok
kecil.
ü Teteskan ekstrak kunyit ke dalam:
·
Air suling
(netral)
·
Larutan cuka (asam)
·
Air kapur
(basa)
ü Catat hasil
perubahan warna yang terjadi.
Indikator asam-basa dari
kunyit, akan memberikan warna kuning tua ketika dilarutkan dalam larutan asam,
memberikan warna jingga di dalam larutan basa dan memberikan warna kuning
terang pada larutan netral.
Pada
pembuatan indikator cair bunga dicuci dengan air mengalir agar bersih juga
dimaksudkan agar pigmen warna bunga tidak ikut larut dalam air. Bunga yang
sudah dicuci kemudian dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan bunga
sehingga proses pelarutan bunga lebih efektif. Semakin luas permukaan bunga
maka semakin banyak pigmen warna bunga yang larut pada proses pelarutan. Pada
proses pemotongan bunga tidak dicincang melainkan dipotong kecil-kecil. Setelah
bunga dipotong selanjutnya bunga dikeringkan dalam oven untuk mengurangi kadar
air yang terkandung. Pengovenan dilakukan pada suhu 50ºC selama 15 menit. Pada
suhu tersebut, pigmen bunga tidak berubah sehingga ketika dilarutkan akan
menghasilkan warna yang mudah diamati. Apabila pengeringan dilakukan pada suhu
lebih besar dari 50ºC maka warna bunga akan berubah karena karakteristik warna bunga
awal hilang. Bunga yang sudah kering dimasukkan dalam stoples dan ditambahkan
alkohol 70% sampai ± 0,5 cm di atas bunga lalu didiamkan semalam agar pigmen
warna bunga larut dalam alkohol. Alkohol 70% sebenarnya merupakan etanol, yang
dipilih sebagai pelarut selain dilihat dari sifat polarnya juga dilihat dari
aspek ekonomisnya. Etanol lebih mudah didapatkan dan harganya lebih murah
dibandingkan dengan jenis alkohol lainnya. Penggunaan pelarut untuk melarutkan
bunga digunakan secukupnya karena apabila berlebihan maka larutan yang
dihasilkan akan menjadi encer sehingga menyebabkan produk yang dihasilkan
kurang baik. Setelah semalam, larutan disaring untuk mendapatkan filtratnya
yaitu ekstrak bunga. Ekstrak bunga tersebut merupakan indikator cair. Kemudian
indikator cair dituangkan dalam stoples lain dan disimpan dalam kulkas sampai
akan digunakan. Cara penggunaan indikator cair yaitu meneteskan indikator
tersebut pada larutan yang akan diuji pHnya. Larutan akan memberikan perubahan
warna yang kemudian perubahan warna tersebut dicocokkan dengan warna pada
trayek pH indikator tersebut. Masing-masing warna pada trayek pH memiliki pH
yang berbeda setiap warnanya. Warna larutan yang sama dengan warna pada trayek
pH menunjukkan bahwa pH larutan sama dengan pH pada trayek pH indikator tersebut.
a.
Kelebihan inikator
alami: mudah didapat, harganya terjangkau serta pada indikator tertentu akan
berubah lebih dari satu warna ketika pengujian asam basa. Penggunaan bunga tapak dara sebagai tanaman yang sangat banyak sekali keberadaannya di
indonesia dan limbah kertas menjadikan kertas indikator asam-basa ini mempunyai
banyak kelebihan. Selain itu akan dihasilkan pula kertas indikator asam-basa
yang kualitasnya tidak jauh dari kertas lakmus namun jauh lebih murah. Murah
karena bahannya mudah didapat serta terbuat dari limbah. Kekurangan: tidak dapat menentukan
derajat keasaaman (pH).
b.
Indikator sintesis kebanyakan tersedia dalam keadaan
siap pakai. Bahan lainnya
adalah bahan kertas, kalau kertas lakmus menggunakan bubur kayu (wood pulp) sebagai bahan kertas, maka
untuk pembuatan kertas indikator asam basa ini memanfaatkan bubur limbah
kertas. Kelebihan indikator
sistesis : dapat menentukan derajat keasaaman (pH) pada pengujian. Kekurangan : hanya memiliki satu
perubahan warna ketika pengujian asam basa.
Indikator yang
sering digunakan antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom
timol biru. Indikator tersebut akan memberikan perubahan warna jika ditambahkan
larutan asam atau basa. Indikator ini biasanya dikenal sebagai indikator
sintetis. Dalam pembelajaran kimia khususnya materi asam dan basa indikator
derajat keasaman diperlukan untuk mengetahui pH suatu larutan. Karena itu
setiap sekolah seharusnya menyediakan indior sintetis untuk percobaan tersebut.
Tetapi pada kenyataannya, tidak semua sekolah mampu menyediakan indikator
sintetis. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sehingga proses
pembelajaran tetap berjalan lancar indikator pH sintetis dapat diganti dengan
alternatif lain berupa indikator pH dari bahan-bahan alam atau tanaman.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar