Sudah lama sejak terakhir kalinya saya menyentuh tuts ini
untuk sekedar mengetik hal-hal konyol. Sejenak membebaskan imajinasi otak
kananku yang selalu terlupakan.
Seperti biasa..kesedihanlah yang selalu menawarkan inspirasi.
Tapi saya akan mereaksikan kesedihan tersebut bersama senyawa UMUR dengan
konsentrasi yang sudah cukup tinggi ini untuk menghasilkan produk kedewasaan.
Ketika mengetik tulisan ini, jari-jari tangan saya gemetar.
Apakah ini bentuk perlawanan dari otak
terhadap hati yang akan membantuku mengkatalis reaksi yang terjadi. Entahlah.
Akhir-akhir ini saya sering bertanya .. manakah diriku yang
sebenarnya? Diriku yang bersama teman-teman atau keluarga?
Ketika bersama teman-teman,, saya selalu tertawa dan jadi bhan
tertawaan,, yang fisik selalu terlihat kuat,, kadang ada beberapa yang
menyegani (katanya),, berbicara kasar dan kotor,,
Ataukah ketika dirumah, ?? (sebaliknya)...
Saya hanyalah segumpal (apalah istilahnya) benang sutra yang membutuhkan
alat pemintal untuk merapikannya.
Saya bukanlah “Gudang lupa”.
Ketika saya meminta kepada orang-orang yang saya pikir bisa
membantuku berubah menjadi lebih baik, pasti tanggapannya semua sama “Menjadi
orang lebih baik itu harus dari hati, tidak perlu perlu bantuan orang lain”.
Kembali pada segumpal benang sutra, ibaratkan tenaga untuk memintal adalah
niat, saya sudah memilikinya. Hanya saja saya masih butuh pemintalnya. Bukankah
semua Nabi yang di utus merupakan “pemintal”. Masalahnya, dimanakah saya akan
menemukan seorang nabi di zaman ini?. Kembali lagi, kalian akan menjawab
“bukankah sekarang banyak media yang bisa membantu untuk meningkatkan keimanan,
berusahalah”. Tak sadarkah kalian kikir..semua media itu di ibaratkan “buku
penuntun pemintalan benang sutra” yang tidak semua orang dapat mengertinya.
Terutama orang seperti saya.
Ketika kalian yang telah menjadi orang baik akan menaiki perahu keimanan kalian masing-masing untuk melewati kehidupan, saya akan berenang.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar